AFS JEPANG : Ditarik mundur sedikit untuk dilempar lebih jauh



Bina antarbudaya adalah lembaga yang mengelola program pertukaran pelajar indonesia. Bermitra dengan AFS intercultural programs, setiap tahunnya Bina Atarbudaya menerima dan mengirimkan banyak siswa/siswi ke berbagai penjuru dunia dengan misi untuk saling mengenal kebudayaan masing-masing.Jadi AFS ini merupakan suatu program yang sangat membantu bagi siswa/siswi yang ingin menjadi siswa pertukaran pelajar.
Untuk menjadi siswa pertukaran pelajar AFS, tentunya kita diharuskan untuk mengikuti beberapa tes seleksi dari seleski tahap1 hingga seleksi tahap akhir. Nah, dari SMAN 1 Matauli pandan sendiri hampir setiap tahunnya akan selalu ada siswa/siswi yang akan mengikuti program pertukaran pelajar ini, salah satunya adalah Kak Nadia Virdhani Hia yang menjadi siswi pertukaran pelajar ke Jepang.
Bicara tentang pertukaran pelajar, pastinya akan sangat banyak sekali pengalaman yang di dapat. Jadi, tim reporter dari redaksi matriks sudah mewawancarai narasumber yang pastinya sudah sangat berpengalaman yakni Kak Nadia Virdhani Hia untuk berbagi pengalaman menarik saat di Jepang.
Menjadi siswi pertukaran tentu nya kita harus siap sedia dengan segala hal yang mungkin terjadi disana. Berdasarkan pengalaman Kak Nadia sendiri kita harus ekstra sigap, contohnya saja sebelum kita pergi ke negara tujuan kita, sebaiknya kita harus tau dulu bagaimana kondisi cuaca disana, agar setiba nya disana kita tidak kewalahan.
Mengenai tempat tinggal kita disana, berdasarkan pengalaman Kak Nadia sendiri, pihak AFS sudah menyediakan orangtua bagi siswa pertukaran pelajar yang sering disebut housefam. Nah, di rumah tersebut kita sudah dianggap sebagai anggota keluarga, jadi selama disana kita tidak akan merasa sendiri karena sudah memiliki keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, serta kakak.  Sebelum berangkat ke negara tujuan, kita dianjurkan untuk berkomunikasi jarak jauh dengan huosefam, agar nantinya saat kita sudah tiba disana kita tidak lagi merasa canggung, serta kita bisa bertanya tentang beberapa hal yang harus disediakan sebelum berangkat ke negara tujuan.
C:\Users\A C E R\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\hostfamily.jpg
Hal yang paling penting dari pertukaran pelajar itu sendiri adalah pengalaman saat disekolah.  Mulai dari kita berinteraksi dengan orang lain dengan bahasa baru, belajar dengan sistem pendidikan yang berbeda serta beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru.
D:\nadia virdhani hia\DSC01245.JPG
Menurut Kak Nadia sendiri, ada beberapa hal yang membedakan sistem pendidikan di Jepang dengan sistem pendidikan di Indonesia diantaranya, awal semester. Di jepang semester pertama biasa nya di mulai saat musim semi tepat pada bulan april. Sebelum pembelajaran di semester pertama di mulai biasanya akan diadakan upacara pembukaan semester pertama yang dihadiri oleh orangtua siswa. Selain itu, pelajaran di Jepang lebih sedikit dibanding di Indonesia, jadi setiap pergantian jam pelajaran di jepang biasanya akan diberi waktu jeda sekitar 10 menit untuk relaksasi dan menyiapkan kelas untuk pembelajaran selanjutnya serta diberi waktu istirahat 1 jam untuk makan siang dan biasanya siswa/siswi serta guru membawa bekal makan siang sendiri atau yang sering disebut bento. Setelah kelas berakhir pada pukul 4 sore, akan diadakan ‘souji’ atau yang sering kita sebut piket, yang berbeda dari kegiatan souji ini biasanya dilakukan oleh seluruh warga sekolah mulai dari siswa hingga guru yang mengajar dan lokasi yang dibersihkan tidak hanya ruangan kelas melainkan seluruh lingkungan sekolah mulai dari ruangan kelas, lapangan, toilet, dan lain sebagainya. Sehingga tidak diperlukan lagi petugas kebersihan karena seluruh warga sekolah bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekolahnya. C:\Users\A C E R\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_8787.jpg
Setelah kegiatan ini, siswa/siswi mengikuti club ataupun ekstrakulikuler yang terdiri dari club sepak bola, basket, baseball, dan lain lain. Sedangkan Kak Nadia memilih club koras atau kelas menyanyi dengan tujuan memperlancar penggunaan dan pengucapan bahasa Jepang. Club koras ini juga cukup aktif, karena setiap bulannya akan diadakan konser diluar kota yang dihadiri oleh club koras dari sekolah lain. Nah, yang menarik dari club di sekolah Jepang, latihan dilakukan setiap hari bahkan di hari libur sekalipun. Namun, ada beberapa siswa yang tidak mengikuti club karena di Jepang kegiatan club atau ekstrakulikuler tidak diwajibkan, sebab fungsi club itu sendiri ialah sebagai wadah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.

Nah, itu dia sedikit banyaknya pengalaman Kak Nadia selama kurang lebih satu tahun menetap di Jepang sebagai siswi pertukaran pelajar, untuk siswa/siswi yang ingin menjadi siswa pertukaran pelajar jangan pantang menyerah dan jangan sia-siakan kesempatan yang ada di depan mata. Jangan pernah pikirkan biaya yang akan dikeluarkan dan jangan pernah menyesal jika nantinya harus mengulang setahun di SMA, karena pengalaman yang kita dapatkan tidaklah sebanding dengan uang yang kita keluarkan. Karena terkadang kita harus ditarik mundur sedikit untuk di lempar lebih jauh.  

No comments:

Powered by Blogger.